Bila seorang trader ditanya indikator apa yang akan mereka gunakan jika hanya satu indikator saja yang bisa mereka pilih, umumnya mereka akan menyebut moving average.

Meskipun jika anda bukanlah seorang analis tekhnikal, cobalah perhatikan moving average, indikator yang powerfull namun sederhana dalam hal penggunaan dan bisa memberi petunjuk penting tentang pergerakan pasar. MA yang paling populer digunakan adalah moving average 50-hari, 100-hari, dan 200-hari. Umumnya untuk MA terakhir digunakan sebagai panduan untuk melihat arah pergerakan atau tren jangka panjang.

Namun dalam artikel terbaru, kolumnis MarketWatch Mark Hulbert menemukan bahwa portofolio yang dianalisa menggunakan MA 200-hari belum memberikan hasil yang mengesankan selama 20 tahun terakhir. “Bahkan berdasarkan risk-adjusted selama dua dekade terakhir, MA 200-hari cenderung tertinggal dalam memberi sinyal buy atau hold,” tulisnya.

Jika anda seorang investor tipe buy dan hold, maka anda mungkin saja tidak tertarik dengan strategi waktu, dan Hulbert menyimpulkan bahwa MA 200-hari mungkin bukan sebagai alat yang ideal untuk strategi waktu. Dan bila anda seorang trader, maka anda bisa menggunakan moving average sebagai timing untuk ambil posisi. Lebih penting lagi, MA bisa membantu memberikan petunjuk arah pasar.

Trader jangka pendek cenderung untuk tidak menggunakan MA 200-hari sebagai timing, tapi lebih menyukai MA 13-hari, 20-hari, 21-hari atau 50-hari. Sebagai contoh, trader jangka panjang Laszlo Birinyi — presiden Birinyi Associates — keputusan tradingnya didapatkan dari sinyal yang diberikan melalui MA 50-hari.

Trader lainnya bahkan cenderung menggunakan frame waktu yang lebih pendek seperti moving average 8-hari atau 10-hari. Mereka menggunakannya baik untuk mengetahui level support dan resistance, dan juga untuk mengamati persilangan antara satu garis MA dengan garis MA lainnya yang berbeda frame waktu. Salah satu strategi persilangan yang cukup populer adalah ketika MA 8-hari (moving average yang lebih pendek) menyilang diatas MA 13-hari (MA yang lebih panjang), maka ini adalah sinyal untuk membeli. Sebaliknya, jika MA 8-hari melintas dibawah MA 13 hari, ini bisa menjadi sinyal untuk menjual.

Trader dan investor juga bisa menggunakan moving avarage untuk menentukan level support dan resistance. Sebagai contoh, di bulan Juni S&P 500 memotong melalui MA 50-hari dan 100-hari. Jika indeks S&P 500 turun dibawah MA 200-hari, maka ini akan menjadi sinyal kuat untuk melakukan posisi jual.

Mengapa? karena MA 200-hari dan moving averaga lainnya, bertindak sebagai support (batas bawah) atau resistance (batas atas). Dibutuhkan banyak tekanan jual dan beli untuk menggerakkan pasar keatas atau kebawah moving average.

Namun, MA tidak sepenuhnya sempurna. Pertama, karena indikator ini dianggap tertinggal, yang berarti mereka mengikuti harga. Dengan kata lain, mereka sering lambat dalam bereaksi terhadap kondisi pasar.Selain itu, indikator ini dianggap tidak ideal dalam kondisi perdagangan yang choppy.

::Sumber: Disadur dari MarketWatch.com